Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, saat ini makanan bukan hanya sekedar untuk memenuhi rasa lapar,
tetapi yang lebih utama yakni untuk mencapai tingkat kesehatan dan kebugaran
yang optimal. Fungsi pangan yang utama bagi manusia adalah untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat gizi tubuh sesuai dengan jenis kelamin, usia, aktivitas
fisik, dan berat badan. Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen
bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita
rasa yang menarik, tetapi juga memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh.
Oleh sebab itulah lahir istilah
pangan fungsional. Pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun
telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan
kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang
bermanfaat bagi kesehatan, definisi tersebut disampaikan oleh BPOM. Sedangkan The International Food Information
(IFIC) mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan yang memberikan manfaat
kesehatan di luar zat-zat dasar. Pangan fungsional dikonsumsi sebagaimana
layaknya makanan dan minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa
penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen.
Pangan fungsional juga tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberi efek
samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi
lainnya.
Pangan yang dapat dikatakan
sebagai pangan fungsional bukan hanya pangan yang diolah secara modern dan menggunakan teknologi yang canggih
atau yang menggunakan bahan-bahan impor. Produk pangan tradisional banyak yang mengandung komponen
bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan dan karenanya dapat dikategorikan
sebagai pangan fungsional. Salah satu pangan
tradisional yang dapat dikategorikan ke dalam pangan fungsional yaitu gemblong
cotot. Menurut Rumayar (2012) singkong mengandung mineral fosfor dan kalsium yang fungsinya untuk pembentukan tulang dan gigi. Selain itu juga
terdapat vitamin C dan vitamin B1.. Oleh sebab itu,
makalah ini akan mengkaji
lebih jauh tentang makanan tradisional gemblong
cotot yang dapat dikatakan sebagai pangan fungsional. Dengan
disusunnya makalah ini diharapkan
dapat memperluas pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya
mengenai gemblong cotot
sebagai pangan tradisional berbasis pangan fungsional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah gemblong cotot?
2. Apa saja gizi yang terkandung dalam
gemblong cotot?
3. Bagaimana cara pembuatan gemblong cotot?
4. Apa keterkaitan gemblong cotot
dengan pangan fungsional?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui sejarah gemblong cotot.
2.
Mengetahui komponen gizi gemblong cotot.
3.
Mengetahui cara pembuatan gemblong cotot.
4.
Mengetahui keterkaitan gemblong cotot sebagai pangan
fungsional.
Bab II Pembahasan
A. Sejarah Gemblong Cotot
Ketela pohon atau ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan
tanaman perdu. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil.
Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India,
dan Tiongkok. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Ketela pohon
berkembang di negara- negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya. Selain
sebagai bahan makanan pokok, banyak macam produk olahan singkong yang telah
dimanfaatkan oleh masyarakat kita antara lain adalah tape singkong, enyek-enyek
singkong, peuyeum, opak, tiwul, kerupuk singkong, keripik singkong, kue, dan
lain-lain.
Gemblong
Cotot merupakan salah satu produk olahan singkong. Menurut Wikipedia Bahasa
Indonesia gemblong terbuat dari adonan tepung beras
ketan putih yang diuleni hingga kalis dan dibentuk
bulat seperti bola. Kemudian adonan gemblong yang sudah dibentuk bulat digoreng
dan setelah dingin dilapisi dengan larutan gula
aren. Di daerah Jawa
Timur gemblong dikenal dengan nama Getas.
Meskipun memiliki rasa yang sama, Getas terbuat dari ketan hitam,
sedangkan gemblong terbuat dari ketan putih. Namun, di daerah Jawa Tengah khususnya di daerah
Semarang dan Salatiga gemblong juga bisa terbuat dari singkong dan biasanya
dinamakan gemblong cotot. Jika dilihat dari namanya kue
tradisional ini memang sangat unik karena kata cotot jika diartikan dari bahasa
Jawa kedalam bahasa Indonesia artinya adalah keluar secara tiba-tiba atau
muncrat. Hal ini mungkin karena bahan isi dari kue ini akan terasa keluar
ketika kita mengggitnya sehingga kue ini dinamakan demikian. Gemblong Cotot memiliki rasa
yang manis karena bahan isinya adalah berupa gula pasir yang meleleh dengan
sendirinya ketika kue dimasak dengan cara digoreng. Selain itu kue tradisional ini
memang benar-benar bisa menunda rasa lapar karena dengan hanya memakan 4-5 buah
saja seakan-akan kita merasa kenyang seperti kita memakan satu piring nasi. Dari studi
pustaka yang telah dilakukan, tidak dapat dipastikan dari mana asal gemblong cotot
sebenarnya. Namun, dari pemahaman penamaan makanan ini sendiri dapat diduga
bahwa asal gemblong cotot ini dari daerah Jawa Tengah.
B. Komposisi Penyusun dan Komposisi Gizi
Komponen utama penyusun gemblong cotot
adalah singkong yang telah dikupas dan dikukus. Kemudian dihancurkan dan
dibentuk pipih menyerupai bentuk kue pastel atau bias berbentuk bulat dengan
isian gula pasir lalu digoreng. Sedangkan kandungan gizi utama yang terdapat
pada gemblong cotot yaitu karbohidrat. Selain itu, gemblong cotot juga
mengandung zat gizi lain seperti serat, vitamin, mineral, protein, dan lemak.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai zat gizi tersebut.
1. Karbohidrat
Menurut Rahmah (2010) karbohidrat
merupakan zat gizi utama pada singkong. Karena tingginya kandungan karbohidrat
yang tinggi, singkong dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah beras dan
jagung.
2. Vitamin
singkong mengandung dua vitamin yang larut
air yaitu vitamin C dan vitamin B1. Vitamin C berperan dalam pembentukan
kolagen interseluler. Sedangkan Vitamin B1 berperan sebagai koenzim dalam
reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidat. Menurut Depkes (1981)
kandungan vitamin C dan vitamin B1 dalam singkong berturut-turut yaitu sebesar
30,00 dan 0,06 mg/ 100 gram bahan.
3. Mineral
Singkong mengandung dua unsur
mineral makro yaitu kalsium dan fosfor. Selain itu, juga terdapat unsur mineral
mikro yaitu zat besi. Peranan kalsium dan fosfor hamper mirip yaitu membantu proses pembentukan tulang dan gigi.
Zat besi, meskipun yang dibutuhkan oleh tubuh hanya sedikit jumlahnya tetapi
peranannya sangat penting yaitu untuk mencegah terjadinya anemia. Menurut
Depkes (1981) singkong mengandung kalsium 33 mg, fosfor 40, dan zat besi 0,70
mg per 100 gram bahan.
4. Serat
Zat
gizi selanjutnya yaitu serat pangan (dietary fiber). Serat
termasuk zat non-gizi yang mampu
memerangi kanker serta menjaga kolesterol dan gula darah agar tetap normal.
Substitusi serat banyak digunakan dalam produk sereal yang menjadi menu favorit
di Barat. Selain oligosakarida, serealia sering ditambah bahan-bahan
kaya serat lainnya.
Serat
pangan (terutama serat larut) mampu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma
darah melalui peningkatan ekskresi asam empedu ke feses, sehingga terjadi
peningkatan konversi kolesterol dalam darah menjadi asam empedu dalam hati,
selain itu serat pangan akan mengikat kolesterol untuk disekresikan ke feses
sehingga menurunkan absorpsi kolesterol diusus.
Serat
pangan memegang peran penting dalam memelihara kesehatan individu. Oleh karena
itu, serat pangan merupakan salah satu komponen pangan fungsional yang dewasa
ini mendapat perhatian masyarakat luas. Serat pangan berbentuk karbohidrat
kompleks yang banyak terdapat di dalam dinding sel tumbuhan. Serat pangan tidak
dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia, tetapi memiliki
fungsi yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan berbagai
penyakit, dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi.
5. Protein
Singkong merupakan umbi-umbian yang
kadar karbohidratnya tinggi, namun kadar proteinnya rendah. Protein dalam
singkong hanya sekitar 1%. Menurut
Depkes (1981) protein yang terkandung dalam singkong sebesar 1,20 gram/ 100
gram singkong.
6. Lemak
Selain kadar protein yang rendah,
lemak pada singkong kadarnya rendah sekali. Kadar lemak pada singkong menurut
Badan Litbang Pertanian (2011) sekitar 0,5%. Sedangkan menurut Depkes (1981) kandungan
lemak sekitar 0,30 gram/ 100 gram bahan.
C. Cara Pembuatan Gemblong Cotot
Gemblong cotot merupakan salah satu
kue yang pembuatannya sangat sederhana. Pembuatan gemblong cotot ini hanya
memerlukan peralatan yang biasanya terdapat di dapur. Berikut ini
langkah-langkah pembuatan gemblong cotot.
1. Singkong dikupas, kemudian dicuci menggunakan air bersih dan
dikukus hingga empuk dan matang.
2. Singkong yang sudah matang ditumbuk hingga
lembut, kemudian beri sedikit garam dan ratakan.
3. Ambil
adonan singkong yang sudah dihaluskan, kemudian pipihkan dan isilah dengan gula
pasir kemudian tutup hingga berbentuk telur atau
bisa berbentuk menyerupai pastel.
4. Kemudian digoreng
dengan api sedang hingga matang (jangan
terlalu kuning).
Gambar 3.1 Pengupasan Singkong
Gambar 3. 2 Gemblong Cotot Siap Disajikan
D. Keterkaitan Gemblong Cotot Sebagai Pangan Fungsional
Pangan fungsional saat ini mulai
berkembang, seiring dengan semakin tingginya permintaan akan pangan fungsional
dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan, meningkatnya penderita penyakit degeneratif
dan populasi lansia, pengembangan produk komersial, adanya bukti ilmiah atas
manfaat komponen pangan fungsional, dan berkembangnya teknologi pangan. Pangan fungsional didefinisikan pangan yang secara
alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang
berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis
tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut pangan
fungsional adalah bahan pangan yang jika dikonsumsi dapat memberikan efek
positif terhadap kesehatan konsumen, selain sebagai pemenuh kebutuhan akan gizi
dan cita rasa yang dimilikinya.
Selain layak dikonsumsi
sebagaimana makanan dan minuman pada umumnya, kategori produk pangan fungsional
yang lain yaitu diperkaya dengan komponen-komponen fitokimiawi nirgizi,
komponen aktif yang dapat bersifat antioksidan terkait kemampuannya sebagai antikanker,
antipenuaan, dan sebagainya. Menurut Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Jepang, terdapat 12 komponen senyawa yang dapat dikelompokkan dalam makanan
fungsional, yaitu dietary fiber,
oligosakarida (prebiotik), gula alkohol, glikosida, protein tertentu, vitamin,
kolin, lechitin, bakteri asam laktat (probiotik), asam lemak tidak jenuh rantai
panjang, mineral, fitokimia, dan antioksidan.
Menurut Suarni (2009) pola makan orang Indonesia, khususnya kaum urban dan suburban, cenderung
berlebihan lemak, garam, dan karbohidrat, tetapi rendah serat, vitamin dan
mineral, seperti pada makanan cepat saji. Makanan tersebut mengandung
kolesterol, asam lemak jenuh, garam, bahan tambahan makanan dan kandungan serat
rendah yang dipastikan menjadi salah satu kelemahan dari menu makanan cepat
saji. Sebagian masyarakat masih rela sistem pencernaannya diisi oleh berbagai
jenis makanan yang tak sehat. Sementara itu, makanan tradisional Indonesia
justru sering kurang diminati.
Salah satu makanan tradisional yang kurang
diminati masyarakat yaitu olahan singkong, salah satunya gemblong cotot. Gemblong
cotot merupakan salah satu makanan tradisional yang ada di Jawa Tengah. Singkong
sebagai bahan pangan akan semakin diminati konsumen, terutama bagi yang
mementingkan pangan sehat, dengan harga terjangkau bagi semua kalangan.
Kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan
ketahanan pangan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin pangan lokal dan mulai
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang bermutu dengan gizi
yang seimbang mengubah tanggapan masyarakat terhadap singkong yang tidak lagi
dianggap kurang bergengsi, karena ternyata memiliki gizi yang beragam dan
tinggi. Serat pangan dalam singkong terutama serat larut mampu menurunkan kadar
kolesterol dalam plasma darah melalui peningkatan ekskresi asam empedu ke
feses, sehingga terjadi peningkatan konversi kolesterol dalam darah menjadi
asam empedu dalam hati. Selain itu, serat pangan akan mengikat kolesterol untuk
disekresikan ke feses sehingga menurunkan absorpsi kolesterol di usus.
Selain serat pangan singkong juga
mengandung dua vitamin larut air yaitu vitamin C dan B1. Selain
fungsinya sebagai zat gizi mikro, vitamin tersebut berperan sebagai antioksidan
alami yang dapat meningkatkan imunitas tubuh dan menghambat kerusakan
degeneratif sel. Senyawa beta-karoten
selain memiliki aktivitas vitamin A bersama
vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan dapat
memperlambat penuaan, menambah kekebalan, mengantisipasi kanker, penyakit
jantung, stroke, katarak, sengatan matahari, dan gangguan otot. Kemampuan
betakaroten untuk menangkap serangan radikal bebas, yang dianggap sebagai penyebab
terjadinya tumor dan kanker.
Singkong juga memiliki
zat gizi protein, mineral, dan lemak. Singkong merupakan umbi-umbian yang kadar
karbohidratnya tinggi, namun kadar proteinnya rendah. Protein dalam singkong
hanya sekitar 1%. Menurut Depkes (1981)
protein yang terkandung dalam singkong sebesar 1,20 gram/ 100 gram singkong.
Selain kadar protein yang rendah, lemak pada singkong kadarnya rendah sekali.
Kadar lemak pada singkong menurut Badan Litbang Pertanian (2011) sekitar 0,5%.
Oleh sebab itu singkong cocok dikonsumsi bagi konsumen yang khawatir akan
kolesterol dalam tubuhnya.
Singkong mengandung dua unsur mineral makro yaitu
kalsium dan fosfor. Selain itu, juga terdapat unsur mineral mikro yaitu zat
besi. Peranan kalsium dan fosfor hamper mirip yaitu membantu proses pembentukan tulang dan gigi.
Zat besi, meskipun yang dibutuhkan oleh tubuh hanya sedikit jumlahnya tetapi
peranannya sangat penting yaitu untuk mencegah terjadinya anemia. Menurut
Depkes (1981) singkong mengandung kalsium 33 mg, fosfor 40, dan zat besi 0,70
mg per 100 gram bahan.
Dari penjelasan di
atas, bahwa gemblong cotot dengan bahan baku singkong merupakan makanan
tradisional Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional.
Kandungan zat gizi pada singkong membuktikan bahwa singkong sebagai makanan
bukan hanya pemenuh kebutuhan akan rasa lapar tetapi juga dapat memberikan
fungsi fisiologis bagi konsumen. Sekarang telah terjadi pergeseran filosofi
makan, seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya hidup sehat. Bahan dan produk pangan tidak lagi hanya dilihat dari
aspek pemenuhan gizi dan sifat sensorinya. Bahkan sifat pangan fungsional
spesifik yang berperan dalam kesehatan telah menjadi pertimbangan penting. Hal
ini memberi kesempatan bagi pengolahan singkong untuk dipromosikan sebagai
bahan pangan sehat masa depan.
Gold Strike - T-Shirts, T-Shirts, T-Shirts & More
BalasHapusT-Shirts and T-Shirts titanium wheels for micro touch titanium trim Men. T-Shirts and T-Shirts for Men. T-Shirts titanium engagement rings for Men. T-Shirts for Men. T-Shirts samsung watch 3 titanium for Men. T-Shirts for Men. T-Shirts for mens titanium necklace Men.